Lawar Bali, Makanan Unik yang Gunakan Darah Hewan sebagai Bumbu Pelengkap
![header img](https://img.inews.co.id/media/600/files/networks/2023/01/16/7b4c6_lawar-bali.jpg)
JEMBER, iNewsJember.id - Bali merupakan salah satu kepulauan terbaik nomor 2 di dunia. Bali juga memiliki destinasi wisata yang sangat memukau, sehingga banyak sekali turis mancanegara maupun lokal pergi berwisata ke Bali.
Tak hanya memiliki wisata yang sangat indah, Bali juga memiliki beragam makanan khas yang sangat unik, salah satunya adalah lawar.
Lawar merupakan makanan yang berupa campuran beberapa sayur-sayuran dan diberi bumbu khas Bali, parutan kelapa, terasi, dan juga daging cincang. Yang unik dari makanan ini adalah campuran darah hewan di dalam proses pembuatannya. Sebelum dicampurkan, biasanya darah ini diberi bumbu rahasia, sehingga memiliki rasa yang sangat khas.
Lawar memiliki banyak sekali nama, tergantung dengan jenis daging dan juga sayuran yang digunakan. Salah satu contohnya adalah Lawar Penyu, disebut lawar penyu karena menggunakan daging penyu sebagai pelengkapnya. Lawar Nangka, yakni lawar yang menggunakan sayur nangka. Ada juga lawar yang tidak menggunakan darah hewan dan biasanya disebut sebagai Lawar Putih.
Lawar kebanyakan menggunakan darah hewan, sehingga hanya bisa bertahan setengah hari saja, jika ditempatkan di ruangan terbuka. Menurut masyarakat Bali, lawar memiliki simbol sebagai keharmonisan da juga keseimbangan.
Bahan-bahan dalam pembuatan lawar ternyata memiliki lambang masing-masing, yakni darah yang berwarna merah melambangkan Dewa Brahmana, kelapa yang putih melambangkan Dewa Iswara, Terasi yang berwarna hitam melambangkan Dewa Wisnu.
Selain itu, lawar bali memiliki citarasa manis, asin, pahit, pedas, amis,asam, dan juga bau terasi yang kuat.
Lawar Bali memiliki simbol yang sangat mendalam , jadi tak heran jika makanan ini biasanya sering disajikan saat ada acara pengangkatan Gubernur/ Kepala daerah atau acara adat lainnya.
Setiap daerah di Bali memiliki citarasa lawar yang berbeda-beda, yakni di kabupaten Badung dan Gianyar menggunakan sayur kacang panjang, sedangkan di daerah Buleleng menggunakan sayur nangka muda dan juga pepaya.
Proses pembuatan lawar dibagi menjadi 3 bagian, yakni proses pembuatan bumbu utama atau basa gede, pembuatan bumbu penggurih atau bsa penyangklung, dan juga proses pembuatan bumbu embe.
Editor : Abdul Muis Setiawan