JAKARTA, iNewsJember.id - Penampakan awan berlubang yang menyerupai ubur-ubur raksasa terlihat di langit Kabupaten Jember, Jawa Timur, pada hari Selasa (4/6/2024). Bentuknya yang unik dan langka ini diabadikan oleh warga dan menjadi viral di media sosial.
Menurut informasi dari iNews, fenomena awan ini hampir bisa dilihat di seluruh wilayah Jember, seperti di Kaliwates, Tempurejo, Puger, Balung, Patrang, Sumbersari, dan kecamatan lainnya.
Seorang warga Jember bernama Rusdi mengaku bahwa ini adalah pertama kalinya ia melihat bentuk awan seperti ini. Dia kemudian mengambil handphone dan mengambil foto.
"Saya tidak tahu apakah fenomena seperti ini pernah terjadi sebelumnya atau tidak. Tetapi ini pertama kalinya saya melihat awan seperti ini seumur hidup saya," ujar Rusdi pada hari Selasa (5/6/2024).
Berdasarkan berbagai sumber, fenomena alam ini sebenarnya adalah awan cavum yang terjadi akibat dari aktivitas teknologi manusia, terutama pesawat terbang. Analisis dari para peneliti menunjukkan bahwa semua jenis pesawat dapat menghasilkan awan cavum.
Bahkan para peneliti dari Pusat Penelitian Langley NASA pada tahun 2010 menemukan bahwa semakin besar sudut pesawat saat melintasi awan, semakin besar pula lubang yang terbentuk.
Foto awan berlubang ini juga diunggah oleh akun Instagram @undercover.id dan mendapat banyak komentar dari netizen. Dalam keterangan dari Forecaster BMKG Banyuwangi Pos Meteorologi Jember, Hukama Nur Akmal, disampaikan bahwa pada pagi hari Selasa di wilayah langit Kecamatan Kaliwates, Kabupaten Jember, terjadi fenomena alam yang cukup unik, yaitu adanya lapisan awan berlubang.
Fenomena ini juga dikenal dengan istilah awan celah melingkar, awan lubang jatuh, dan awan lubang-lubang.
"Bentuk seperti celah pada awan ini paling sering ditemukan di lapisan awan altocumulus, diikuti oleh cirrocumulus dan kemudian stratocumulus," katanya dalam keterangannya pada hari Selasa (4/6/2024).
Secara umum, lubang pada awan tersebut lebih tampak di lapisan altocumulus atau awan menengah yang terbentuk ketika pesawat terbang melalui lapisan awan kumuliform tipis dan memicu pembekuan.
Pembekuan ini membuat tetesan air berubah menjadi partikel es sehingga terjadi efek yang mirip dengan efek domino. Efek ini menciptakan celah di awan tempat partikel es turun di ketinggian dan terkadang membentuk lengkungan karena angin yang berbeda di berbagai ketinggian.
"Awan cavum dapat ditemukan di antara tiga jenis awan, yakni cirrocumulus, altocumulus, dan stratocumulus," kata Akmal.
Meskipun ada penjelasan ilmiah, banyak netizen yang mengomentari ini sebagai teknologi HAARP atau program rekayasa cuaca.
"Apakah ini ada hubungannya dengan HAARP?," tulis aldiansyahahaha17.
"HAARP kembali aktif," tulis ariohaha.
"Ini bisa menjadi kuasa Allah SWT atau mungkin dilakukan oleh alat-alat yang bisa merubah cuaca," tulis @ridwanherdianto.
"Bersiaplah, mungkin akan ada gempa," tulis @miftahu_hd18.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta