JEMBER, iNewsJember.id - Indonesia memiliki jembatan akar yang sangat mirip dengan India. Jembatan ini bernama Jembatan Akar Bayang.
Jembatan Akar Bayang merupakan salah satu jembatan yang pernah viral di Indonesia. Lokasi jembatan ini berada di Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Jembatan Akar Bayang melintang diatas aliran air Sungai Bayang.
Jembatan Akar Bayang sendiri diperkirakan sudah berusia sekitar 100 tahun lamanya. Meskipun sudah berusia satu abad, kondisi jembatan ini tetap kokoh dan kuat. Jembatan ini diperkirakan dibangun pada tahun 1916 atau tepat 100 tahun lalu.
Jembatan Akar Bayang merupakan salah satu ide dari seorang ulama yang bernama Pakiah Sokan. Ia berinisiatif membuat jembatan sederhana dikarenakan derasnya aliran Sungai Bayang. Awalnya ia membuat jembatan ini menggunakan bambu untuk menghubungkan Desa Pulut-pulut dan Desa Lubuk Silau yang dipisahkan oleh sungai ini.
Seiring berjalannya waktu, akar Pohon Beringin di tepian sungai mulai menjalar dan melilit jembatan bambu ini. Jembatan Akar Bayang diperkirakan memiliki panjang sekitar 25 meter dengan lebar sekitar 1,5 meter dengan ketinggian sekitar 10 meter dari bibir sungai.
Sekarang jembatan akar sudah dilengkapi dengan tali besi yang semakin memperkuat struktur jembatan. Setiap musim hujan tiba, debit Sungai Bayang akan selalu naik dan biasanya merendam jembatan ini. Dengan adanya tali besi yang berfungsi untuk mengangkat jembatan agar tak terlalu lama terendam.
Pijakan kayu yang dibuat semakin membuat warga setempat nyaman melintas diatas jembatan ini. Meski sudah aman, warga maupun pengunjung tetap harus hati-hati saat menginjakkan kaki di atas jembatan.
Bagi turis mancanegara maupun domestik, Jembatan Akar Bayang akan menjadi spot foto yang instagramable, Tetapi bagi masyarakat sekitar, jembatan dan sungai ini merupakan salah satu kolam renang alami yang sangat indah. Karena Sungai Bayang masih sangat alami.
Konon jika berenang di bawah jembatan akar dipercaya bisa mengentengkan jodoh. Jika mengunjungi Jembatan Akar Bayang, jangan sampai meninggalkan sampah di sekitar desa maupun sungai, agar kelestariannya tetap terjaga. Bagi wisatawan disarankan untuk tidak mengunjungi lokasi ini saat musim penghujan, sebab ditakutkan debit air sungai tiba-tiba meninggi dan deras.
Editor : Abdul Muis Setiawan
Artikel Terkait