JEMBER, iNewsJember.id - Cuaca yang sangat ekstrim masih sering berlangsung hingga saat ini. Kadang panas dan tak lama setelahnya bisa saja terjadi hujan yang sangat derasnya. Akibatnya banyak sekali genangan air disekitar pemukiman masyarakat.
Saat musim penghujan tak hanya bisa menyebabkan berbagai penyakit seperti batuk, influenza, demam, meriang, dan lain-lain. Ternyata saat musim penghujan seperti saat ini, yang patut diwaspadai adalah resiko terkena penyakit Leptospirosis. Biasanya penyakit ini berasal dari genangan air yang terkena cemaran air seni dari tikus.
Menurut Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid menyarankan kepada semua orang tua untuk melarang sang buah hati untuk bermain air genangan hujan, hal ini untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi leptospirosis.
"Ini musim hujan untuk berhati- hati, jangan biarkan anak-anak mandi di genangan hujan,” kata dr. Nadia saat dihubungi MNC Portal.
Seperti diketahui, infeksi leptospirosis sendiri bisa menyebabkan berbagai gejala, seperti demam dan flu ringan. Jika sang buah hati telah mengalami salah satu gejala tersebut, segera periksakan ke fasilitas kesehatan terdekat.
“Dan kalau demam, segera periksa ke fasilitas kesehatan, pastikan juga rumah dan peralatan bersih dari hewan tikus,” tambahnya.
Sekedar informasi, penyakit leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. Bakteri ini bisa menyebar melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi. Penyakit ini sangat rentan terjadi saat memasuki musim penghujan. Efek dari penyakit ini tak main-main, yakni bisa berdampak fatal hingga menyebabkan kematian.
Namun, jika bakteri ini menginfeksi organ-organ tertentu, contohnya hati, ginjal, paru-paru, jantung, dan otak bisa mengakibatkan kegagalan organ dan juga kematian. Reaksi dari infeksi ini sering disebut penyakit Well.
Berdasarkan data yang telah diterima oleh MNC Portal, Provinsi Jawa Tengah telah memiliki jumlah kasus Leptospira tertinggi yakni hingga mencapai 111 kasus dengan 18 angka kasus kematian. Hal ini perlu menjadi acuan penting bagi masyarakat di seluruh Indonesia.
Editor : Abdul Muis Setiawan