JEMBER,iNewsJember.id-Dalam dunia perawatan tubuh, deodorant roll-on telah lama menjadi pilihan utama untuk mengatasi bau badan. Namun, semakin banyak orang mulai beralih ke tawas sebagai alternatif alami yang menawarkan berbagai keunggulan dibandingkan deodorant roll-on.
Keunggulan Tawas Dibandingkan Deodorant Roll-On
1. Bahan Alami
Tawas adalah mineral alami yang bebas dari bahan kimia berbahaya seperti paraben, alkohol, dan pewangi buatan yang sering ditemukan dalam deodorant roll-on. Hal ini menjadikannya lebih aman untuk kulit, terutama bagi mereka yang memiliki kulit sensitif.
2. Tidak Menyumbat Pori-Pori
Tawas bekerja dengan cara membunuh bakteri penyebab bau tanpa menyumbat pori-pori. Sebaliknya, banyak deodorant roll-on mengandung aluminium yang dapat menyumbat pori-pori dan mengganggu proses alami tubuh untuk mengeluarkan keringat.
3. Efek Lebih Tahan Lama
Meski tampak sederhana, tawas mampu memberikan perlindungan terhadap bau badan yang lebih tahan lama. Mineral ini juga tidak meninggalkan residu atau noda pada pakaian, sesuatu yang sering dikeluhkan pengguna deodorant roll-on.
4. Ekonomis dan Ramah Lingkungan
Tawas biasanya dijual dalam bentuk kristal atau bubuk yang dapat digunakan berulang kali. Hal ini membuatnya lebih ekonomis dan menghasilkan lebih sedikit limbah dibandingkan dengan kemasan plastik deodorant roll-on.
Akibat Pemakaian Deodorant Roll-On yang Berlebihan
Meskipun efektif, penggunaan deodorant roll-on dalam jangka panjang dapat menimbulkan sejumlah risiko kesehatan, antara lain:
1. Iritasi Kulit
Kandungan alkohol dan pewangi buatan pada deodorant roll-on dapat menyebabkan iritasi, kemerahan, dan gatal pada kulit, terutama bagi mereka yang memiliki kulit sensitif.
2. Penyumbatan Kelenjar Keringat
Deodorant roll-on dengan kandungan aluminium dapat menyumbat kelenjar keringat, yang berpotensi menyebabkan pembengkakan atau infeksi pada area ketiak.
3. Risiko Kesehatan Jangka Panjang
Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara penggunaan deodorant berbahan kimia tertentu dengan gangguan hormon dan risiko penyakit serius seperti kanker payudara. Meski masih memerlukan penelitian lebih lanjut, hal ini telah menjadi perhatian banyak pihak.
Editor : Eko Riswanto