JEMBER. iNewsJember.id - Akhir-akhir ini nama gunung sepikul mulai sering disebut oleh banyak orang. Selain memiliki pemandangan yang eksotis, bukit ini juga memiliki sejarah yang unik.
Dari cerita rakyat yang beredar, bukit kembar ini dulunya adalah sebuah makanan hasil kenduri atau berkat yang diperoleh seseorang setelah mengikuti serangkaian pengajian. Berkat tersebut dengan sengaja ditinggal oleh seorang wali atau tokoh agama di Pakusari. Ada seorang tokoh agama yang bernama Ki Demen yang sangat disegani dan selalu dijadikan imam oleh masyarakat sekitar. Sebagai orang yang sangat berpengaruh, ia sering memimpin pengajian dan juga tahlilan dirumah-rumah warga setempat.
Seperti halnya desa lain, tradisi kenduri di desa ini juga turut diterapkan. Yakni, setiap pulang pengajian, warga biasanya akan mendapatkan nasi berkat untuk dibawa pulang. Suatu ketika, setelah pengajian usai. Ki Damen mendapatkan dua berkat dari tetangganya. Dua berkat tersebut kemudian ia bawa pulang dengan pikulan bambu sambil berjalan kaki. Saat di perjalanan, ia merasa sangat kelelahan dan berhenti di tengah sawah.
Dari kejadian ini, akhirnya berkat tersebut tetap dibiarkan begitu saja. Tetap tertancap dengan bambu yang disertai paku ditanah area persawahan tersebut. Seiring berjalannya waktu, berkat tersebut kemudian ditumbuhi rerumputan dan juga pohon-pohon yang tumbuh dengan sangat lebat. Tepat di lokasi tertancapnya pikulan bambu, terbentuk dua bukit yang memiliki bentuk yang sama. Hingga saat ini masyarakat mengenalnya dengan Gunung Sepikul. Konon, di tengah-tengah gunung ini tertancap sebuah paku yang menjadi dasar penamaan Desa Pakusari.
Gunung ini selalu menjadi harapan warga sekitar untuk mendapatkan penghasilan. Warga sekitar mulai memanfaatkan tanah di bukit untuk menanam berbagai macam tanaman, termasuk pohon buah-buahan seperti jambu mete dan juga durian.
Editor : Abdul Muis Setiawan