JEMBER, iNewsJember.id - Kehidupan manusia sangat berhubungan erat dengan air. Air juga dianggap sebagai sumber kehidupan manusia. Tak sedikit sumber air yang sangat disakralkan karena dianggap memiliki tuah. Salah satu sumber air yang terkenal adalah Sendang Kasihan. Sendang ini dipercaya oleh masyarakat memiliki berkah pengasihan.
Munculnya sumber air yang ada di Sendang Kasihan, konon karena tuah dari tongkat Sunan Kalijaga. Dalam pengembaraannya, Sunan Kalijaga tiba di daerah Kasihan, Bantul. Daerah ini sangat kering dan tandus. Saat itu Sunan Kalijaga sangat membutuhkan air untuk bersuci, tetapi ia tak menemukannya.
Kemudian ia bertemu dengan Mbok Rondo Kasihan yang sedang membawa kendi berisi air. Ia lalu meminta air padanya. Sambil menggerutu, Mbok Rondo memberikan kendi yang berisi air pada Sunan Kalijaga.
Menyadari kesulitan yang telah dialami Mbok Rondo, akhirnya Sunan Kalijaga menancapkan tongkatnya ke dalam tanah. Tatkala ia mencabut tongkatnya, keluarlah sumber mata air yang sangat jernih dan terkumpul di dalam cekungan yang dikenal dengan nama Sendang Kasihan.
Sumber lain mengisahkan bahwa Sendang Kasihan sangat berkaitan dengan cerita Rara Pembayun sebelum masuk ke Mangir. Rara Pembayun adalah putri Panembahan Senopati atau raja Mataram Islam Pertama.
Bersama dengan pengiringnya, sang putri mandi dan juga mencuci muka di sendang ini. Konon, proses penyucian diri di sendang pengasihan bisa menambah kecantikan dan daya pikat Rara Pembayun sehingga mampu memikat Ki Ageng Mangir. Karena itulah, Sendang Kasihan sering disebut dengan Sendang Pengasihan.
Sendang ini terletak di daerah Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Orang yang pertama kali membanngun sendang ini adalah Mbah Iro Diwiryo. Saat pertama kali dipugar, telah ditemukan dua patung dewa di tempat ini, sekarang kedua patung tersebut diletakkan di sisi barat sendang. Beberapa pengunjung juga menggunakan kedua patung sebagai sarana berdoa setelah mengadakan ritual kumkum ( berendam ) di Sendang Kasihan.
Mata air di sendang tak pernah kering, dan kondisi airnya pun sangat bening. Jika dilihat dari arah timur, sendang ini tampak menyerupai sebuah pohon beringin. Namun jika diamati dari sebelah barat, sendang ini tampak seperti sebuah kendi.
Masyarakat mempercayai tempat ini memiliki berkah pengasihan. Banyak sekali gadis dan juga perjaka yang belum menikah mandi di tempat ini dengan harapan bisa segera menemukan jodohnya. Para peziarah kebanyakan datang ke sendang selepas magrib sampai subuh untuk melakukan ritual mandi,berendam atau hanya mengambil airnya saja.
Pada malam Selasa Kliwon dan juga Jumat Kliwon, tempat ini selalu ramai dipadati pengunjung. Puncak keramaian sendang terjadi pada malam 1 Suro. Saat itu banyak pengunjung dari berbagai daerah datang untuk melakukan ritual kumkum di sendang ini.
Editor : Abdul Muis Setiawan
Artikel Terkait