JEMBER,iNewsJember.id - Semar mendem adalah salah satu jajanan tradisional yang sekilas menyerupai kue lemper. Perbedaannya hanya terletak pada balutan adonannya saja. Jika lemper langsung dibungkus menggunakan daun pisang, beda halnya dengan semar mendem yang dibalut menggunakan kulit dadar.
Semar mendem terbuat dari beras ketan yang di dalamnya diisi dengan abon sapi atau ayam, atau jika ingin lebih nikmat bisa diganti dengan suwiran ayam. Kue ini juga memiliki citarasa yang gurih dan lezat.
Semar mendem merupakan kudapan khas dari Yogyakarta. Nama semar mendem diambil dari nama tokoh pewayangan yang sangat terkenal yakni “ Semar “. Sedangkan “ Mendem “ berarti mabuk. Bila kedua kata tersebut digabungkan akan memiliki arti semar yang sedang mabuk.
Kue semar mendem memiliki citarasa yang lezat sehingga penikmatnya tidak bisa berhenti untuk mengunyah sama seperti orang mabuk alias ketagihan. Dalam pewayangan Jawa Semar merupakan sosok titisan dewa yang seringkali mengajarkan segala hal yang membawa pencerahan bagi semua orang.
Semar dilambangkan sebagai sosok seseorang yang arif sehingga sering dijadikan panutan dan berani memberikan kritik kebenaran sebagai masukan kepada pemimpin yang penuh dengan kekuasaan. Diberbagai literasi Semar digambarkan sebagai karakter dewa yang awalnya berlomba dengan Togog untuk membuktikan seberapa besar kedigdayaan mereka. Sebagai sesama dewa mereka berlomba untuk memakan gunung. Akibatnya, mereka berdua lantas dihukum dan diturunkan ke dunia sebagai pelayan di dua kerajaan yang berbeda.
Semar sebagai pelayan yang berani memberikan masukan kepada majikannya, para Pandawa. Meski terkadang usulannya tak selalu disepakati oleh sang majikan. Terlepas dari cerita diatas, kelezatan semar mendem memang sangat melegenda dan cemilan ini cocok dijadikan teman kopi dan teh saat sore hari.
Semar mendem berbahan dasar beras ketan yang direbus dengan santan. Saat proses direbus, beras ketan juga ditambahkan garam dan daun salam untuk menambah citarasa dan juga aroma. Beras ketan yang sudah matang, selanjutnya dibentuk persegi berukuran kecil dan diisi dengan abon atau suwiran ayam di dalamnya.
Editor : Abdul Muis Setiawan
Artikel Terkait