Resume dan Wawancara Kerja Menjawab Tantangan Komunikasi Mahasiswa Vokasi di Era Global

Jember,iNewsJember.id - Di era digital dan global seperti saat ini, kemampuan berbicara dalam bahasa Inggris bukan lagi menjadi nilai tambah, melainkan keharusan. Terutama bagi mahasiswa pendidikan vokasi seperti di Politeknik Negeri Jember (Polije), tantangan tidak hanya terletak pada kemampuan teknis di bidang keahlian masing-masing, tetapi juga pada kecakapan berkomunikasi, khususnya dalam konteks profesional seperti wawancara kerja.
Sayangnya, masih banyak mahasiswa, terutama dari program studi non-Bahasa Inggris, yang merasa gugup, minder, atau bahkan tidak siap saat diminta melakukan wawancara kerja dalam bahasa Inggris. Kecemasan itu bukan tanpa alasan. Selain faktor minimnya kosakata dan struktur kalimat, banyak dari mereka belum terbiasa mempersiapkan diri dengan pendekatan yang sistematis. Salah satu pendekatan yang terbukti efektif namun sering diabaikan adalah menggunakan resume sebagai dasar latihan berbicara.
Resume selama ini dipandang hanya sebagai dokumen administratif. Ia dijadikan lampiran saat melamar kerja, tanpa benar-benar dipahami nilai strategisnya dalam membangun narasi diri. Padahal, resume menyimpan banyak potensi sebagai alat bantu berpikir, mengorganisasi ide, dan membentuk alur komunikasi saat wawancara kerja. Hal inilah yang ditekankan oleh Nanik Mariyati, S.Pd., M.Pd., dan tim dalam penelitian mereka di lingkungan Polije.
Dalam studi yang mereka lakukan terhadap mahasiswa Teknologi Benih, ditemukan bahwa mahasiswa yang menggunakan resume sebagai dasar persiapan untuk tugas simulasi wawancara kerja menunjukkan performa berbicara yang lebih baik. Mereka lebih percaya diri, jawaban mereka lebih terstruktur, dan informasi yang disampaikan lebih relevan. Ini membuktikan bahwa resume bukan hanya berfungsi sebagai catatan riwayat hidup, tapi juga sebagai peta jalan komunikasi saat berbicara.
Resume memungkinkan mahasiswa untuk menyusun dan memahami konten tentang diri mereka sendiri: latar belakang pendidikan, pengalaman, pencapaian, hingga tujuan karier. Ini menjadi dasar penting dalam latihan berbicara, karena mahasiswa tidak lagi berbicara “kosong” atau improvisasi tanpa arah, tetapi berbicara dengan fondasi yang kuat. Resume memberikan struktur yang dapat dihafal, dipahami, dan diimprovisasi secara terarah.
Lebih lanjut, metode yang digunakan oleh peneliti dalam mengembangkan keterampilan berbicara mahasiswa juga menarik untuk dicermati. Mereka menerapkan pendekatan pembelajaran berbasis tugas (Task-Based Learning) yang sangat kontekstual. Dalam pendekatan ini, mahasiswa tidak hanya diminta belajar teori wawancara kerja, tetapi langsung mempraktikkannya melalui role-play atau simulasi. Hal ini sejalan dengan karakter pendidikan vokasi yang menekankan praktik langsung sebagai inti dari proses pembelajaran.
Hasilnya jelas: mahasiswa yang terlibat dalam simulasi wawancara berbasis resume memperoleh pengalaman autentik yang sangat mendekati dunia kerja nyata. Mereka tidak hanya belajar menyusun jawaban, tetapi juga belajar mengatur ekspresi, mengelola kegugupan, hingga membangun kontak mata aspek-aspek penting dalam komunikasi profesional. Hal ini tidak bisa didapat hanya melalui hafalan atau membaca materi teori.
Sayangnya, tidak semua mahasiswa memanfaatkan resume sebagai alat bantu belajar. Dalam studi tersebut, mahasiswa yang tidak mempersiapkan diri dengan resume cenderung mendapatkan nilai yang lebih rendah. Jawaban mereka tidak lengkap, struktur kalimat acak, bahkan cenderung terlihat gugup dan tidak siap. Ini menjadi bukti nyata bahwa resume bukan hanya pelengkap, tetapi penentu keberhasilan dalam latihan wawancara.
Selain itu, studi ini juga menyoroti pentingnya keterlibatan aktif dosen dalam membimbing mahasiswa mempersiapkan wawancara. Tidak cukup hanya memberi tugas, dosen juga harus menyediakan umpan balik berbasis rubrik, agar mahasiswa memahami aspek mana yang perlu ditingkatkan apakah dari segi pelafalan, isi jawaban, struktur kalimat, atau gaya penyampaian. Umpan balik yang jelas dan terukur akan membuat mahasiswa lebih reflektif dan termotivasi.
Lebih luas, pembelajaran berbasis resume ini juga mengajarkan mahasiswa bagaimana cara membangun narasi diri secara profesional kemampuan yang sangat diperlukan dalam dunia kerja maupun jejaring sosial profesional seperti LinkedIn. Mahasiswa belajar mengenali potensi diri, menyampaikan pengalaman secara strategis, dan membangun citra diri yang relevan dengan posisi pekerjaan yang mereka incar.
Kita juga tidak boleh melupakan bahwa metode ini sangat relevan bagi institusi pendidikan vokasi yang mengusung konsep “link and match” antara dunia kampus dan dunia kerja. Jika Politeknik ingin menghasilkan lulusan yang siap kerja, maka pendekatan pembelajaran pun harus menggambarkan realitas dunia kerja, termasuk melalui tugas-tugas seperti simulasi wawancara berbasis resume. Bukan lagi sekadar belajar grammar atau membaca teks, tetapi belajar menyampaikan pikiran secara profesional dalam bahasa Inggris.
Lebih dari itu, penggunaan resume dalam pembelajaran berbicara juga memberi manfaat jangka panjang. Resume dapat terus diperbarui, dijadikan portofolio pribadi, dan menjadi bahan refleksi dalam perjalanan karier mahasiswa ke depan. Mereka tidak hanya belajar berbicara untuk satu mata kuliah, tetapi untuk kebutuhan nyata sebagai pencari kerja, entrepreneur, atau profesional global.
Sebagai kesimpulan, resume bukan sekadar formalitas. Ia adalah alat belajar yang sangat efektif untuk melatih kemampuan berbicara, membangun kepercayaan diri, dan menyusun narasi profesional. Sudah saatnya lembaga pendidikan, khususnya pendidikan vokasi, memosisikan resume sebagai instrumen pembelajaran, bukan hanya pelengkap administrasi.
Guru dan dosen Bahasa Inggris di lingkungan vokasi harus lebih progresif. Mereka perlu mengintegrasikan resume dalam setiap tugas berbicara, memberi pelatihan menulis resume yang baik, serta menyediakan ruang aman bagi mahasiswa untuk berlatih wawancara. Dengan begitu, kita bisa memastikan bahwa setiap lulusan tidak hanya pintar secara teknis, tetapi juga fasih, percaya diri, dan mampu bersaing di panggung dunia kerja internasional.
Penulis: Yuslaili Ningsih, S.Pd., M.Pd., Nanik Mariyati, S.Pd., M.Pd.; Nila Susanti, S.S., M.Pd.
Dosen Jurusan Bahasa, Komunikasi dan Pariwisata
Politeknik Negeri Jember
Editor : Bambang Sugiarto