JEMBER,iNewsJember.id - Pantai Bandealit berada di Desa Andongrejo, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember. Pantai ini berada di selatan Kota Jember dan memiliki pemandangan alam yang eksotis.
Bandealit sendiri berada di kawasan hutan lindung Taman Nasional Meru Betiri. Kondisi pantai masih terbilang cukup alami, karena tidak banyak dijamah manusia.
Pantai ini memiliki jarak sekitar 64 kilometer dari pusat Kota Jember atau sekitar 2 hingga 3.5 jam perjalanan. Sebelum menuju pantai, wisatawan akan melewati area taman dan pos pintu masuk. Selama perjalanan wisatawan akan disuguhkan lingkungan yang masih alami. Disarankan untuk menggunakan roda dua untuk menuju pantai ini, sebab jalur yang dilewati tidak terlalu besar dan penuh bebatuan.
Pantai Bandealit dikelilingi dengan hutan yang masih asri dan hijau sehingga membuat suasana pantai menjadi sangat sejuk. Bandealit termasuk kedalam teluk dengan kondisi pantai yang landai dengan panjang mencapai kurang lebih 3 kilometer.
Ombak di Pantai Bandealit cenderung tenang dengan kecepatan angin rata-rata. Kawasan pantai sangat cocok digunakan untuk melakukan aktivitas olahraga air seperti selancar angin, berenang, maupun memancing. Pengelola pantai juga menyediakan beberapa fasilitas yang bisa digunakan oleh wisatawan seperti camping ground, kano, speed boat dan juga body board. Di dekat kawasan pantai terdapat fasilitas pendukung seperti penginapan, pondok wisata, area parkir, toilet, maupun mushola.
Pantai Bandealit dibuka setiap hari mulai hari Senin sampai Minggu selama 24 jam nonstop. Sebaiknya datang ke lokasi ini ketika matahari masih bersinar, sebab kawasan taman nasional masih belum dilengkapi penerangan yang cukup memadai. Tiket masuk Pantai Bandealit hanya dipatok biaya sebesar Rp 5.000 per orang.
Dibalik indahnya Pantai Bandealit terdapat kisah yang sangat berserah, yaitu sekitar abad ke-17, dikisahkan bahwa ada seorang istri seorang Raja dari Kerajaan Blambangan yang bernama Dewi Sukesi. Suaminya, Wong Agung Wilis meminta kepada istrinya untuk mengungsi dan mencari perlindungan ke arah barat.
Waktu itu, Dewi Sukesi sedang hamil, sedangkan ia harus melewati jalur darat dengan menyusuri hutan belantara di Alas Purwo Grajagan. Hingga akhirnya Dewi Sukesi melahirkan sang putra yang diberi nama Joko Mursodo.
Saat menginjak dewasa, Joko Mursodo bermaksud ingin menemui ayahnya di Kerajaan Blambangan, namun Abdi Kinasih memberi saran kepada Joko Mursodo untuk tidak mencari ayahnya, karena di kerajaan masih terjadi peperangan.
Joko Mursodo merasa tak terima dan tersinggung akibat saran dari Abdi Kinasih. Ia juga berujar, jika bertemu dengan sang ayah, ia tidak akan memanggil Abdi Kinasih lagi. Hingga pantai ini diberi nama Bandealit. Kata Bandealit terdiri dari dua kata yang dijadikan satu, yakni “ Bande “ berarti gong dan “ Alit ” berarti kecil. Jadi Bandealit berarti gong kecil. Hal ini merujuk pada gong kecil yang menjadi media Joko Mursodo untuk memanggil Abdi Kinasih.
Tak hanya terkenal dengan cerita sejarahnya saja, pantai ini juga memiliki cerita misteri yang hingga saat ini masih diyakini oleh masyarakat. Cerita ini tentang keberadaan siwil atau makhluk kerdil yang menyerupai manusia. Konon, siwil memiliki tinggi yang tidak lebih dari satu meter dan berjalan di sekitar pantai sambil membawa tombak untuk mencari ikan.
Hal ini diperkuat dengan beberapa wisatawan yang mengaku sempat melihat dan juga mengambil foto jejak kaki makhluk ini. Siwil juga kerap mengganggu nelayan dengan cara mengambil ikan hasil tangkapan dan juga merusak ikan yang telah tertata dengan rapi. Meski demikian Pantai Bandealit tetap menjadi destinasi wisata yang menarik untuk dikunjungi.
Editor : Abdul Muis Setiawan
Artikel Terkait