JEMBER, iNews.id - Tempat wisata di Jember beraneka ragam. Salah satunya ada Pantai Watu Ulo yang berada di pantai selatan Jawa Timur. Ada sejarah unik dibalik penamaan tempat ini.
Watu Ulo berada di ujung selatan Kabupaten Jember, tepatnya dI Desa Sumberejo, Kec. Ambulu. Pantai ini berjarak 40 km dari pusat kota.
Asal usul nama pantai Watu Ulo berasal dari bahasa Jawa, yaitu “ Watu “ yang berarti Batu dan “ Ulo “ yang berarti ular. Jadi pantai Watu Ulo adalah pantai Batu Ular. Yang melatarbelakangi penamaan pantai Batu Ular adalah Batu panjang yang menyerupai bentuk ular di sisi pantai yang menjorok ke laut.
Ada juga yang mengatakan bahwa pantai ini dulunya dikuasai oleh sesosok ular raksasa yang bernama “ Nogo Rojo “. Dalam bahasa indonesia Nogo Rojo berarti Raja Naga. Nogo Rojo menguasai wilayah pantai dan memakan semua hewan yang berada di pantai. Sehingga warga sekitar tidak bisa mendapatkan makanan dari pantai tersebut.
Konon berdasarkan beberapa sumber ada dua pemuda yang memancing di tempat Nogo Rojo tetapi tidak mendapatkan apa-apa. Pemuda tersebut bernama Raden Said dan Raden Mursodo. Raden Said yang saat ini dikenal oleh nama Sunan Kalijaga. Setelah lama memancing kail Raden Mursodo akhirnya dimakan oleh ikan. Ikan itu bernama ikan mina. Ikan mina ini ternyata bisa berbicara dan ia minta dilepaskan. Sebagai gantinya ikan mina memberikan sisik yang bisa berubah menjadi emas. Dan akhirnya Raden Mursodo melepaskan ikan mina tersebut dan mendapatkan beberapa sisik yang berganti dengan kepingan emas.
Tak lama setelah ikan mina dilepaskan ternyata Nogo Rojo memakan ikan mina dan membuat Raden Mursodo geram. Mulailah pertarungan antara Raden Mursodo dan Nogo Rojo. Raden Mursodo akhirnya menang dan membelah tubuh Nogo Rojo menjadi tiga bagian. Yang tersebar di Grajakan, Banyuwangi ( bagian kepala ), bagian badan berada di Watu ulo sendiri, dan bagian ekor berada di Pacitan.
Setiap tanggal 1 sampai tanggal 10 Syawal, setelah Lebaran, biasanya akan diadakan pekan raya dengan berbagai acara hiburan dan menjual berbagai kerajinan Nelayan setempat. Ada juga Upacara Petik Laut atau Larung Sesaji atau yang biasanya disebut “ Hari Raya Ketupat “ yang dirayakan setiap tanggal 7 Syawal. Hal ini sebagai bentuk rasa syukur atas limpahan hasil laut dan sebagai ucapan terimakasih kepada Tuhan.
Editor : Abdul Muis Setiawan
Artikel Terkait