JEMBER, iNewsJember.id - Ledre merupakan camilan khas dari Bojonegoro. Ledre memiliki aroma yang sangat wangi dengan citarasa manis dan juga tekstur yang lembut. Jajanan ini sering disebut sebagai jajanan cinta.
Tekstur ledre sangat mirip dengan orang yang sedang jatuh cinta, yakni halus, manis, dan juga mudah patah. Maka dari itu jajanan ini kerap kali dijadikan sebagai hadiah percintaan. Ada juga 2 alasan mendasar kenapa ledre kerap kali dijadikan sebagai jajan cinta. Pertama, memberi hadiah coklat atau ice cream sudah terlampau mainstream, sedangkan ledre memiliki bisa menjadi pilihan sebagai jajanan klasik dan tetap elegan. Jika bisa diibaratkan seperti mall dan museum, satunya modern tapi membosankan sedangkan satunya sepi tetapi kuno dan nyaman sebagai tempat untuk belajar dan menambah ilmu pengetahuan.
Alasan kedua, ledre memiliki aroma yang sangat khas dari pisang raja yang manis dan juga bertekstur rapuh. Secara hakikat, gambaran ini seperti hati orang yang sedang jatuh cinta. Dari sinilah ledre sering dijadikan sebagai hadiah cinta secara tidak langsung, yang menggambarkan proses memberikan hati kepada belahan jiwa.
Ledre memiliki bentuk seperti gulungan surat pada zaman majapahit, hanya ukurannya lebih kecil, yakni hanya seukuran ibu jari orang dewasa. Terlepas dari unsur kemewahan, aroma khas ledre benar-benar menyengat karena menggunakan pisang raja sebagai bahan utamanya.
Ledre mulai populer pada tahun 1930-an. Makanan ini pertama kali dipopulerkan sebagai produk industri rumah tangga di Kecamatan Padangan. Makanan ringan yang awalnya hanya menjadi makanan rumahan, kini menjadi salah satu makanan khas dari Bojonegoro. Bahkan banyak sekali pengrajin dari luar Kecamatan Padangan yang mulai menyetor olahannya ke Padangan untuk dikemas dan dijual.
Mayoritas penghasil ledre berasal dari Kecamatan Tambakrejo dan Purwosari. Dua Kecamatan ini sangat berdekatan dengan Kecamatan Padangan. Para pengrajin umumnya hanya menjual ledre dalam bentuk bahan jadi tanpa kemasan, setelah itu disetorkan di Padangan ( toko besar ) dan dikemas dengan berbagai label kombinasi rasa.
Rumah yang berlokasi tepat di depan sebuah Gereja dengan nama bertuliskan Ny. Seger adalah tempat pertama kali ledre berasal. Hingga kini, rumah ini masih beroperasi dalam pembuatan ledre.
Ledre pertama kali diperkenalkan sejak tahun 1929 atau 1930an. Dulunya ledre tak berasal dari pisang melainkan dari gaplek atau singkong yang dikeringkan. Hal ini disebabkan dulunya sangat susah untuk mencari bahan baku mengingat waktu itu masih banyak sekali penjajah Belanda yang wira-wiri di daerah ini.
Karena keterbatasan ini, akhirnya ledre dibuat menggunakan gaplek yang dicampurkan dengan tepung beras. Namun, tetap menggunakan pisang sebagai bahan utamanya. Dengan seiring berjalannya waktu, bahan baku sudah mudah ditemukan dan penggunaan gaplek sudah tidak lagi digunakan. Hanya cukup menggunakan tepung terigu dan juga tepung beras. Bahkan kini, ledre sudah memiliki beberapa varian rasa buah-buahan, meski sudah banyak varian rasa, di tempat Ny. Seger tetap menjual rasa original tanpa embel-embel rasa tambahan.
Penamaan ledre tak lepas dari proses pembuatannya sendiri, yakni pisang yang ditaruh di wajan ( penggorengan ) dan kemudian ” di elet-elet “, di “ edre-edre “. Dari sinilah lahir istilah nama ledre.
Editor : Abdul Muis Setiawan
Artikel Terkait